Kamis, 14 Mei 2009

Peluang usaha pada rantai distribusi jamur

’netters..., walaupun budidaya Jamur Tiram sudah banyak dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, seperti di daerah Sukabumi, Cianjur, Cipanas, Bogor, Lembang, Yogyakarta, Dieng, Malang, dan beberapa daerah lainnya, namun kenyataannya kebutuhan pasar terhadap Jamur Tiram tidak pernah terpenuhi. Sebagai contoh, dari hasil wawancara saya secara informal dengan beberapa Pengumpul dan Pedagang Besar di beberapa pasar induk, total produksi Jamur Tiram dari daerah Lembang sebagai sentra produksi Jamur Tiram terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 5 – 7 ton per hari ditambah produksi Jamur Tiram dari daerah-daerah lainnya di Jawa Barat sebesar ± 2 ton per hari, tidak pernah mencukupi permintaan pasar terhadap Jamur Tiram dari beberapa pasar induk, seperti pasar induk Caringin di Bandung, pasar induk Tanah Tinggi di Bekasi, pasar induk Cipondoh di Tangerang dan pasar induk Kramatjati di Jakarta yang totalnya mencapai 15 ton. Itu baru berbicara mengenai permintaan dari kota Bandung, Bekasi, Jakarta dan Tangerang, belum lagi permintaan dari kota-kota lainnya di Jawa Barat. Kondisi permintaan pasar yang besar dan pasokan yang kurang hal ini menyebabkan harga pasaran Jamur Tiram cukup tinggi dan relatif stabil dibandingkan dengan harga pasaran komoditas pertanian yang lainnya. Bahkan permintaan pasar terhadap Jamur Tiram dari hari ke hari cenderung semakin membesar, hal ini disebabkan karena Jamur Tiram sudah dikenal luas oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang memiliki banyak khasiat menurunkan kadar kolesterol, mencegah tumor, menurunkan resiko terkena kanker, dan lain-lain.

‘netter…, saya melihat ada tiga kelompok peluang usaha pada rantai distribusi jamur tiram, yaitu kelompok pedagang pengumpul yang memasok jamur tiram dari petani budidaya ke pedagang kecil/besar atau lebih sering disebut sebagai penyalur, kemudian kelompok pedagang kecil/besar baik di pasar tradisional maupun pasar induk yang menjual langsung jamur tiram ke pembeli, dan yang terakhir adalah kelompok pedagang yang mengekspor jamur tiram ke luar negeri baik dalam bentuk segar maupun hasil olahan. ’netters..., saya sudah pernah menjajaki ketiga kelompok peluang usaha ini hanya sekedar untuk mengetahui mekanisme dan potensinya saja. Semuanya sangat potensial, tergantung kepada anda calon wirausahawan di titik mana anda akan ikut ambil bagian dalam rantai aktifitas ekonomi ini.

Dari ketiga peluang usaha ini, yang relatif mudah dan tidak banyak memerlukan modal adalah peluang usaha sebagai pedagang pengumpul. Modal yang terbesarnya adalah membina hubungan baik dan kepercayaan dengan para petani budidaya. Hal ini sangat penting karena petani budidaya tidak akan memberikan jamurnya bila kredibilitas kita diragukan. Disamping itu kita juga perlu membina hubungan baik dengan sesama pedagang pengumpul, agar bila suatu saat kita mengalami kekurangan stok, kita bisa meminta stok dari sesama pedagang pengumpul dan juga sebaliknya. ’netters..., beberapa tahun yang lalu saya pernah mencoba menjajaki daerah pemasaran yang baru yang masih langka pemainnya, saya memasarkan jamur tiram ke kota Sumedang, Kadipaten, Majalengka, Kuningan dan Cirebon. Kaya gimana sih caranya...? Pagi-pagi sekali saya datangi beberapa petani budidaya dan membeli jamur tiram secara cash, sebagian dari mereka heran dengan pembelian secara cash ini karena biasanya pembayaran yang dilakukan oleh bandar adalah keesokan harinya atau per tiga hari atau per minggu. Hal ini saya lakukan karena saya pikir sebagai pemain baru tentu tidak akan mudah begitu saja mendapatkan jamur selain membeli secara cash, disamping itu karena saya juga sedang berusaha membina hubungan baik dan kepercayaan dari petani budidaya. Malam harinya saya berangkat membawa 75 kg jamur yang dibungkus dengan plastik masing-masing seberat 5 kg. Tujuan pertama adalah pasar tradisional di Sumedang, saya mendatangi beberapa los sayuran dan menawarkan untuk konsinyasi atau titip jual, mengenai harga jual jamur per kilogramnya saya serahkan kepada pedagang disana. Sengaja saya tidak memberikan harga dasar jamur per kilogramnya, karena saya ingin mengetahui seberapa besar daya beli konsumen di setiap tempat. Demikian seterusnya untuk kota-kota yang lain, sambil tidak lupa saya memberikan nomor telepon agar bisa berhubungan. ’netters..., ada hal menarik ketika saya sampai di kota Kuningan yang sebenarnya bukan target saya, waktu itu masih pagi karena kelelahan saya dan sopir istirahat di depan sebuah pasar. Jamur tiram masih tersisa 10 kg, sopir bilang,”Kang, kita jual saja sisanya disini...?”, saya bilang ”Terserah kamu...”. Tanpa ragu-ragu sopir membuka terpal dan mengeluarkan jamur tiram dari bungkusnya, sengaja dia menggelarkan jamur tiram sampai menutupi hampir seluruh permukaan bak mobil pick-up yang kami gunakan. Pasar semakin ramai tapi belum satu orangpun yang membeli, kebanyakan hanya bertanya jenis jamurnya. Saya yakin mereka belum mengenal betul jamur tiram dan mungkin takut jamur beracun. Karena perut sudah ikut berbicara terus..., saya mengambil dua rumpun jamur tiram ukuran besar dan menyerakannya ke tukang mie rebus yang mangkal disebelah. Saya pesan dua porsi mie rebus dan minta pada penjualnya agar menambahkan jamur tiram tersebut sebagai sayurannya. Hmm...lezaaat..., sarapan pagi mie rebus dengan jamur tiram..., tapi... busyeet deh..., serasa jadi selebritis... saya dan sopir makan sambil dikelilingi orang-orang..., ditonton bro... kikuk juga rasanya... Hampir setengah jam setelah saya beres sarapan orang-orang belum bubar juga, heran... Setelah saya tanya mereka, rupanya mereka sedang mengamati apa saya keracunan atau tidak. Saya jelaskan bahwa jamur tiram adalah jamur yang dibudidayakan dan tidak beracun, malah menyehatkan karena dapat menurunkan kadar kolesterol, mencegah tumor, menurunkan resiko terkena kanker, dan lain-lain. Saya pun melakukan demostrasi lain, saya ambil beberapa rumpun jamur tiram dan meminta tukang gorengan membuatkan ’bala-bala’ (bakwan) jamur tiram, saya persilakan mereka yang ingin mencicipi enaknya jamur tiram. Hmm... dalam sekejap mereka berebut. ’netters..., setelah mereka mendapat penjelasan dan mencoba rasa gurihnya jamur tiram, mulailah mereka berebut membeli jamur tiram yang digelar..., tidak sampai 15 menit jamur tiram ludes laris manis terjual dengan harga yang tidak tanggung-tanggung tiga kali lipat lebih mahal dari harga biasanya. ’netters..., sambil pulang saya sempatkan untuk singgah di pasar-pasar yang semalam saya datangi dan minta sopir untuk pura-pura jadi pembeli hanya sekedar untuk mengetahui berapa harga jual tamur tiram yang saya titipkan. Sepanjang perjalanan pulang tidak henti-hentinya saya menerima telepon dari pemilik los sayuran yang minta dikirim jamur tiram lagi dengan jumlah yang lebih banyak, harga jual yang mereka tawarkan pun membuat saya sangat puas. Tapi ada juga pemilik los sayuran yang nakal, mereka bilang jamur tiram yang saya titipkan terjual tapi harganya yang sangat murah, padahal saya sudah tahu harga jual yang sebenarnya dari sopir, sang detektif. Keesokannya saya coba memasok jamur tiram lebih banyak lagi, khusus untuk pedagang yang nakal tidak saya pasok lagi tapi saya tawarkan ke pedagang yang lain. Keuntungan yang didapatkan dari peluang usaha pada rantai distribusi ini sangat menjanjikan, hanya anda harus tahan mental dan punya strategi tersendiri karena anda langsung berhubungan dengan aktifitas perekonomian di pasar dan berhadapan dengan berbagai macam karakter orang-orang.

’netters..., peluang usaha sebagai ekportir yang pernah saya jajaki hanya sebatas penjualan jamur tiram dalam bentuk olahan yaitu keripik jamur dan dodol jamur. Daerah pemasarannya baru dicoba di negara-negara Uni Emirate Arab dan Belanda. Itupun diawali dengan memberikan keripik jamur dan dodol jamur sebagai oleh-oleh para TKI yang akan berangkat ke negara tujuan masing-masing, yah.. itung-itung sebagai sampel. Tapi responnya lumayan cukup besar dan keuntungannya juga lumayan besar. Hanya kendala yang saya hadapi adalah saya harus mengantongi sertifikat uji mutu makanan yang diakui secara internasional, yang dikeluarkan oleh pihak yang kredibel dan hal ini tidak mudah serta membutuhkan modal yang cukup.

Senin, 04 Mei 2009

Breaking News

’netters..., hari Minggu kemarin (19/04/09) fasilitas produksi dan budidaya jamur tiram yang saya kelola di Desa Panyandaan Kecamatan Jambudipa – Cisarua Lembang mendapat kunjungan tiga orang tamu, yang seorang adalah pemuda yang baru lulus sarjana dan yang dua orang adalah bapak-bapak dari perusahaan minyak dan gas yang akan pensiun dalam waktu dekat. Ketiga tamu saya ini bermaksud mencari informasi dan menjajaki peluang wirausaha budidaya jamur tiram. Yang menjadi latar belakang utama pemuda menjajaki peluang wirausaha ini adalah sulitnya mencari lapangan kerja, sementara yang bapak-bapak adalah mencari sumber penghasilan baru bila mereka sudah pensiun nanti.

Dan seperti biasanya diskusi dengan tamu-tamu ini diawali oleh pertanyaan-pertanyaan mereka seputar apa dan bagaimana wirausaha budidaya jamur tiram. Agar lebih jelas dan bisa menyaksikan sendiri kondisi real-nya, sambil berdiskusi saya mengajak tamu-tamu ini berkeliling ke beberapa tempat produksi dan budidaya jamur tiram yang tersebar di Cisarua Lembang sehingga mereka bisa langsung tanya-jawab dengan para pelaku usaha budidaya jamur tiram disana. Mereka sangat antusias terlebih setelah saya menerangkan bahwa peluang usahanya bukan hanya satu yaitu budidaya jamur tiram, tetapi banyak peluang usaha lain yang masih berhubungan dengan budidaya jamur tiram, seperti peluang usaha pada rantai pemasok, rantai distribusi dan rantai pembeli. Setelah lelah berkeliling..., akhirnya diskusi dilanjutkan di rumah karena panggilan alam alias perut keroncongan sudah tidak bisa ditahan lagi...

’netters..., banyak hal-hal menarik yang terungkap selama pertemuan hari Minggu kemarin, namun yang paling utama adalah pertama, untuk terjun memulai wirausaha budidaya jamur tiram mereka khawatir terhadap resiko yang cukup besar tetapi sekaligus tertarik dengan potensi keuntungan yang tinggi; kedua, keterbatasan waktu yang mereka miliki mengingat mereka masih terikat oleh kegiatan-kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan; ketiga, kapan mereka harus mulai merintis wirausaha; keempat, saya menangkap keengganan mereka untuk mempelajari dari awal bagaimana proses budidaya jamur tiram.

’netters..., banyak orang yang tidak menyadari bahwa sebenarnya resiko berwirausaha (apapun bentuk dan jenis wirausahanya...!) sangat kecil dibandingkan dengan resiko naik mobil atau bahkan naik sepeda...!. Anda tahu mengapa demikian...? Jawabannya sederhana sekali..., resiko terberat mengendarai mobil atau bahkan sepeda adalah kehilangan nyawa. Lho ko bisa...?! Ya bisa dong..., kalau mengalami kecelakaan anda beresiko bisa kehilangan nyawa dan sayangnya nyawa yang hilang tidak bisa dicari lagi..., tetapi kalau anda berwirausaha resiko terberatnya hanya kehilangan uang atau investasi anda dan enaknya uang masih bisa anda cari atau dapatkan lagi... Para calon wirausahawan biasanya lebih takut kehilangan uang atau bangkrut daripada kehilangan nyawa, seolah-olah bangkrut itu adalah akhir dari segalanya, anda akan jatuh miskin, melarat, tidak bisa makan, dll, dll. ’netters..., singkirkan anggapan-anggapan seperti itu dari kepala anda..., yang perlu anda lakukan adalah menginvestasikan uang anda dengan cermat. Kaya gimana dong...? Berdasarkan pengalaman saya selama ini dalam menjalankan beberapa jenis wirausaha, maka khusus bagi anda yang baru akan mulai merintis wirausahanya saya sarankan jumlah maksimum uang yang anda investasikan untuk wirausaha adalah 30% dari total uang yang anda miliki. Hal ini ditujukan agar kehidupan perekonomian interen anda tidak terlalu terganggu dan tetap berjalan walaupun terjadi gejolak-gejolak dalam wirausaha yang anda bangun. Investasikanlah uang tersebut dengan bijaksana dan realistis sehingga dapat mencakup seluruh pengeluaran wirausaha dari A sampai Z. Bangunlah wirausaha dari yang kecil kemudian anda kelola hingga menjadi besar, daripada membangun wirausaha yang besar dan beresiko kehabisan modal.

’netters..., sebenarnya banyak orang yang ingin mulai membangun wirausaha budidaya jamur tiram tapi terkendala oleh keterbatasan modal ataupun waktu yang mereka miliki, baik karena sibuk dengan pekerjaan, urusan rumah tangga, sekolah dan lain-lain. Itu semua sebenarnya bukanlah halangan bagi anda untuk memulai wirausaha jika anda sudah memiliki motivasi. Hal ini bisa ditanggulangi, seperti misalnya dengan membentuk kelompok usaha budidaya jamur tiram dengan pola kemitraan. Beberapa wirausahawan bergabung membentuk suatu kelompok, mementukan siapa ketua kelompok, sekretaris, bendahara dan supervisor. Kemudian merekrut tenaga kerja lokal sebagai pengelola di lapangan. Membangun/mengontrak kumbung budidaya jamur sekaligus membeli baglog jamur tiram untuk mengisinya. Proses pemeliharaan baglog, panen dan pemasaran dilakukan oleh pengelola lapangan. Kemudian pengelola lapangan melaporkan hasil panen/pendapatan per hari melalui situs atau blog di internet. Sehingga semua anggota kelompok usaha budidaya jamur tiram dapat memonitor perkembangan usahanya kapanpun dan dimanapun nonstop 24 jam. Untuk menjamin tidak terjadinya penyelewengan, Supervisor dapat melakukan cross check kepada pembeli pengumpul (bandar) sekaligus menerima pembayaran secara periodik dari bandar. ’netters..., saya sudah membidani beberapa kelopok wirausaha dengan konsep seperti ini dan hasilnya cukup memuaskan, hal ini terlihat dengan ekspansi usaha yang mereka lakukan.

’netters..., kira-kira kapan saatnya yang tepat untuk mulai membangun wirausaha? Jawabannya semakin cepat anda mulai merintis wirausaha akan semakin baik, karena kesempatan yang terbaik tidak selalu terulang dalam waktu yang dekat. ’netters..., saya punya satu cerita menarik yang mungkin dapat memperkaya wawasan dan memotiwasi anda untuk mulai merintis wirausaha. Sebut saja Pak Sabar (beliau tidak ingin disebutkan nama sebenarnya), seorang wirausahawan muda yang memulai bisnisnya pada tahun 2005 dengan menjadi pengumpul (bandar) kecil-kecilan. Praktis tidak terlalu besar modal yang harus disiapkan mengingat dia hanya mengambil hasil panen jamur dari beberapa petani budidaya kemudian mengantarkannya ke pedagang di beberapa pasar tradisional. Kesesokannya kegiatan yang sama dia lakukan sambil menerima pembayaran kiriman jamur yang sebelumnya. Pak Sabar mengutip beberapa ratus rupiah per kilogram jamur sebagai ongkos jasanya kemudian membayarkan sisanya kepada para petani. Kegiatan Pak Sabar ini kurang mendapat dukungan kedua orangtuanya, karena ibunya yang seorang guru sekolah menengah serta bapaknya yang seorang pegawai swasta mengharapkan Pak Sabar untuk bekerja menjadi pegawai negeri, namun Pak Sabar tetap pada keyakinannya untuk berwirausaha. Pasang – surut menjadi bandar kecil-kecilan dialami Pak Sabar, sampai suatu saat tahun 2007 dia tidak mendapat jamur untuk di distribusikan karena petani memilih bandar yang sanggup menampung hasil panen jamur dalam jumlah yang besar. Dengan modal seadanya dan ketekunan yang dia miliki, akhirnya Pak Sabar beralih menjadi petani budidaya dan memasarkan sendiri jamur hasil penenannya. Usahanya berkembang semakin pesat dan mulai memberanikan diri mengontrak kumbung-kumbung jamur untuk lebih memperbesar lagi usahanya. Sekarang Pak Sabar mantap menjalankan wirausahanya dengan 18 orang pekerja, dua buah mobil pick-up sebagai armada distribusi dan satu mobil Kijang Innova terparkir di rumahnya yang cukup megah, yang dia beli semuanya secara cash. Di lain pihak, sebagai dampak pengurangan tenaga kerja diperusahaan pada tahun 2008 bapaknya Pak Sabar terkena PHK, perekonomian keluarga pun hanya ditopang oleh pendapatan ibunya Pak Sabar yang relatif kecil. Pertengahan tahun 2008 kedua orangtua Pak Sabar meminjam uang ke bank dengan mengagunkan rumahnya, seluruh uang pinjaman diinvestasikan mengikuti jejak anaknya. Namun sebelum investasi tersebut menghasilkan keuntungan, Yang Maha Kuasa telah memanggil bapaknya Pak Sabar. Kini yang tertinggal hanyalah kewajiban membayar cicilan ke bank dan bangunan kumbung jamur yang belum selesai. ’netters..., saya yakin dari cerita tersebut anda dapat mengambil kesimpulannya.

’netters..., mungkin anda bertanya ”Kenapa semua peluang usaha itu tidak digarap saja sendiri..., kan enak bisa cepet kaya tuh...!” (pengennya sih gitu...). ’netters.., saya hanya bisa menjawab saya punya dua tangan, dua kaki, satu kepala dan 24 jam sehari, artinya saya juga manusia (bukan rocker saja yang manusia...he...he..he..) yang memiliki keterbatasan baik fisik, waktu, modal dan lain-lain. ’netters..., saya tidak merasa rugi atau takut tersaingi dengan berbagi / share kepada anda, peluang-peluang usaha yang cukup potensial dan sudah saya buktikan. Karena saya meyakini Yang Maha Kuasa sudah mengatur rizki setiap orang, selain itu anggap saja sebagai amal dan terima kasih saya atas rasa syukur nikmat yang sudah dikaruniakan Yang Maha Kuasa (ehhmm... alim...banget...). Siapa tahu apa yang sudah saya jelaskan bermanfaat dan dapat menjadi ide atau petunjuk bagi anda dalam membangun wirausaha (saya kan jadi dapat pahala buat tabungan nanti ke surga...., Amien... Ya Robbi Alamin...)