Senin, 04 Mei 2009

Breaking News

’netters..., hari Minggu kemarin (19/04/09) fasilitas produksi dan budidaya jamur tiram yang saya kelola di Desa Panyandaan Kecamatan Jambudipa – Cisarua Lembang mendapat kunjungan tiga orang tamu, yang seorang adalah pemuda yang baru lulus sarjana dan yang dua orang adalah bapak-bapak dari perusahaan minyak dan gas yang akan pensiun dalam waktu dekat. Ketiga tamu saya ini bermaksud mencari informasi dan menjajaki peluang wirausaha budidaya jamur tiram. Yang menjadi latar belakang utama pemuda menjajaki peluang wirausaha ini adalah sulitnya mencari lapangan kerja, sementara yang bapak-bapak adalah mencari sumber penghasilan baru bila mereka sudah pensiun nanti.

Dan seperti biasanya diskusi dengan tamu-tamu ini diawali oleh pertanyaan-pertanyaan mereka seputar apa dan bagaimana wirausaha budidaya jamur tiram. Agar lebih jelas dan bisa menyaksikan sendiri kondisi real-nya, sambil berdiskusi saya mengajak tamu-tamu ini berkeliling ke beberapa tempat produksi dan budidaya jamur tiram yang tersebar di Cisarua Lembang sehingga mereka bisa langsung tanya-jawab dengan para pelaku usaha budidaya jamur tiram disana. Mereka sangat antusias terlebih setelah saya menerangkan bahwa peluang usahanya bukan hanya satu yaitu budidaya jamur tiram, tetapi banyak peluang usaha lain yang masih berhubungan dengan budidaya jamur tiram, seperti peluang usaha pada rantai pemasok, rantai distribusi dan rantai pembeli. Setelah lelah berkeliling..., akhirnya diskusi dilanjutkan di rumah karena panggilan alam alias perut keroncongan sudah tidak bisa ditahan lagi...

’netters..., banyak hal-hal menarik yang terungkap selama pertemuan hari Minggu kemarin, namun yang paling utama adalah pertama, untuk terjun memulai wirausaha budidaya jamur tiram mereka khawatir terhadap resiko yang cukup besar tetapi sekaligus tertarik dengan potensi keuntungan yang tinggi; kedua, keterbatasan waktu yang mereka miliki mengingat mereka masih terikat oleh kegiatan-kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan; ketiga, kapan mereka harus mulai merintis wirausaha; keempat, saya menangkap keengganan mereka untuk mempelajari dari awal bagaimana proses budidaya jamur tiram.

’netters..., banyak orang yang tidak menyadari bahwa sebenarnya resiko berwirausaha (apapun bentuk dan jenis wirausahanya...!) sangat kecil dibandingkan dengan resiko naik mobil atau bahkan naik sepeda...!. Anda tahu mengapa demikian...? Jawabannya sederhana sekali..., resiko terberat mengendarai mobil atau bahkan sepeda adalah kehilangan nyawa. Lho ko bisa...?! Ya bisa dong..., kalau mengalami kecelakaan anda beresiko bisa kehilangan nyawa dan sayangnya nyawa yang hilang tidak bisa dicari lagi..., tetapi kalau anda berwirausaha resiko terberatnya hanya kehilangan uang atau investasi anda dan enaknya uang masih bisa anda cari atau dapatkan lagi... Para calon wirausahawan biasanya lebih takut kehilangan uang atau bangkrut daripada kehilangan nyawa, seolah-olah bangkrut itu adalah akhir dari segalanya, anda akan jatuh miskin, melarat, tidak bisa makan, dll, dll. ’netters..., singkirkan anggapan-anggapan seperti itu dari kepala anda..., yang perlu anda lakukan adalah menginvestasikan uang anda dengan cermat. Kaya gimana dong...? Berdasarkan pengalaman saya selama ini dalam menjalankan beberapa jenis wirausaha, maka khusus bagi anda yang baru akan mulai merintis wirausahanya saya sarankan jumlah maksimum uang yang anda investasikan untuk wirausaha adalah 30% dari total uang yang anda miliki. Hal ini ditujukan agar kehidupan perekonomian interen anda tidak terlalu terganggu dan tetap berjalan walaupun terjadi gejolak-gejolak dalam wirausaha yang anda bangun. Investasikanlah uang tersebut dengan bijaksana dan realistis sehingga dapat mencakup seluruh pengeluaran wirausaha dari A sampai Z. Bangunlah wirausaha dari yang kecil kemudian anda kelola hingga menjadi besar, daripada membangun wirausaha yang besar dan beresiko kehabisan modal.

’netters..., sebenarnya banyak orang yang ingin mulai membangun wirausaha budidaya jamur tiram tapi terkendala oleh keterbatasan modal ataupun waktu yang mereka miliki, baik karena sibuk dengan pekerjaan, urusan rumah tangga, sekolah dan lain-lain. Itu semua sebenarnya bukanlah halangan bagi anda untuk memulai wirausaha jika anda sudah memiliki motivasi. Hal ini bisa ditanggulangi, seperti misalnya dengan membentuk kelompok usaha budidaya jamur tiram dengan pola kemitraan. Beberapa wirausahawan bergabung membentuk suatu kelompok, mementukan siapa ketua kelompok, sekretaris, bendahara dan supervisor. Kemudian merekrut tenaga kerja lokal sebagai pengelola di lapangan. Membangun/mengontrak kumbung budidaya jamur sekaligus membeli baglog jamur tiram untuk mengisinya. Proses pemeliharaan baglog, panen dan pemasaran dilakukan oleh pengelola lapangan. Kemudian pengelola lapangan melaporkan hasil panen/pendapatan per hari melalui situs atau blog di internet. Sehingga semua anggota kelompok usaha budidaya jamur tiram dapat memonitor perkembangan usahanya kapanpun dan dimanapun nonstop 24 jam. Untuk menjamin tidak terjadinya penyelewengan, Supervisor dapat melakukan cross check kepada pembeli pengumpul (bandar) sekaligus menerima pembayaran secara periodik dari bandar. ’netters..., saya sudah membidani beberapa kelopok wirausaha dengan konsep seperti ini dan hasilnya cukup memuaskan, hal ini terlihat dengan ekspansi usaha yang mereka lakukan.

’netters..., kira-kira kapan saatnya yang tepat untuk mulai membangun wirausaha? Jawabannya semakin cepat anda mulai merintis wirausaha akan semakin baik, karena kesempatan yang terbaik tidak selalu terulang dalam waktu yang dekat. ’netters..., saya punya satu cerita menarik yang mungkin dapat memperkaya wawasan dan memotiwasi anda untuk mulai merintis wirausaha. Sebut saja Pak Sabar (beliau tidak ingin disebutkan nama sebenarnya), seorang wirausahawan muda yang memulai bisnisnya pada tahun 2005 dengan menjadi pengumpul (bandar) kecil-kecilan. Praktis tidak terlalu besar modal yang harus disiapkan mengingat dia hanya mengambil hasil panen jamur dari beberapa petani budidaya kemudian mengantarkannya ke pedagang di beberapa pasar tradisional. Kesesokannya kegiatan yang sama dia lakukan sambil menerima pembayaran kiriman jamur yang sebelumnya. Pak Sabar mengutip beberapa ratus rupiah per kilogram jamur sebagai ongkos jasanya kemudian membayarkan sisanya kepada para petani. Kegiatan Pak Sabar ini kurang mendapat dukungan kedua orangtuanya, karena ibunya yang seorang guru sekolah menengah serta bapaknya yang seorang pegawai swasta mengharapkan Pak Sabar untuk bekerja menjadi pegawai negeri, namun Pak Sabar tetap pada keyakinannya untuk berwirausaha. Pasang – surut menjadi bandar kecil-kecilan dialami Pak Sabar, sampai suatu saat tahun 2007 dia tidak mendapat jamur untuk di distribusikan karena petani memilih bandar yang sanggup menampung hasil panen jamur dalam jumlah yang besar. Dengan modal seadanya dan ketekunan yang dia miliki, akhirnya Pak Sabar beralih menjadi petani budidaya dan memasarkan sendiri jamur hasil penenannya. Usahanya berkembang semakin pesat dan mulai memberanikan diri mengontrak kumbung-kumbung jamur untuk lebih memperbesar lagi usahanya. Sekarang Pak Sabar mantap menjalankan wirausahanya dengan 18 orang pekerja, dua buah mobil pick-up sebagai armada distribusi dan satu mobil Kijang Innova terparkir di rumahnya yang cukup megah, yang dia beli semuanya secara cash. Di lain pihak, sebagai dampak pengurangan tenaga kerja diperusahaan pada tahun 2008 bapaknya Pak Sabar terkena PHK, perekonomian keluarga pun hanya ditopang oleh pendapatan ibunya Pak Sabar yang relatif kecil. Pertengahan tahun 2008 kedua orangtua Pak Sabar meminjam uang ke bank dengan mengagunkan rumahnya, seluruh uang pinjaman diinvestasikan mengikuti jejak anaknya. Namun sebelum investasi tersebut menghasilkan keuntungan, Yang Maha Kuasa telah memanggil bapaknya Pak Sabar. Kini yang tertinggal hanyalah kewajiban membayar cicilan ke bank dan bangunan kumbung jamur yang belum selesai. ’netters..., saya yakin dari cerita tersebut anda dapat mengambil kesimpulannya.

’netters..., mungkin anda bertanya ”Kenapa semua peluang usaha itu tidak digarap saja sendiri..., kan enak bisa cepet kaya tuh...!” (pengennya sih gitu...). ’netters.., saya hanya bisa menjawab saya punya dua tangan, dua kaki, satu kepala dan 24 jam sehari, artinya saya juga manusia (bukan rocker saja yang manusia...he...he..he..) yang memiliki keterbatasan baik fisik, waktu, modal dan lain-lain. ’netters..., saya tidak merasa rugi atau takut tersaingi dengan berbagi / share kepada anda, peluang-peluang usaha yang cukup potensial dan sudah saya buktikan. Karena saya meyakini Yang Maha Kuasa sudah mengatur rizki setiap orang, selain itu anggap saja sebagai amal dan terima kasih saya atas rasa syukur nikmat yang sudah dikaruniakan Yang Maha Kuasa (ehhmm... alim...banget...). Siapa tahu apa yang sudah saya jelaskan bermanfaat dan dapat menjadi ide atau petunjuk bagi anda dalam membangun wirausaha (saya kan jadi dapat pahala buat tabungan nanti ke surga...., Amien... Ya Robbi Alamin...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar