Minggu, 05 April 2009

Peluang usaha pada rantai pemasok (2)

Dedak

’netters..., bagaimana peluang usaha bahan baku yang lainnya seperti dedak? Jawabannya sami mawon... alias podo bae... tidak jauh seperti serbuk kayu. Demand-nya gimana...? Besar boss...!. Saya pernah melakukan riset kecil-kecilan, saya mewawancara sembilan orang supplier dedak di daerah Cisarua – Lembang pada waktu yang berlainan. Saya tanya mereka rata-rata dalam satu hari biasa memasok dedak berapa kuintal, jawabannya ada yang di bawah satu ton tetapi kebanyakan justru diatas satu ton. Setelah dihitung-hitung totalnya ke sembilan orang supplier tersebut, woaalaah... suatu angka yang fantastis..., total supply dedak per hari bisa mencapai 15 - 20 ton tergantung pada musimnya. Hmm..., benar tidak ya angka ini...?, dipikir-pikir kebutuhan dedak untuk saya sendiri kalau lagi berproduksi setiap harinya 1 – 1.5 ton, belum lagi produsen baglog jamur yang lainnya.

’netters..., kali ini untuk mengetahui dimana sumber-sumber penghasil dedak, saya langsung mendatangi pedagang besar beras di Pasar Induk Caringin – Bandung. Saya tanya langsung pemiliknya apa beliau juga menjual dedak, jawabannya pasti anda juga sudah bisa membayangkan, ”Teu aya..., kasep..., bageur..., peryogina seueur?, pami sakedik mah eta we satengah karung ewang sareng ’neng” sambil menunjuk karung kecil penuh dedak, hmm... ternyata ada fans juga di pasar... (ih... narsis banget...). Pemilik bilang kalau dia tidak menjual dedak, tapi kalau perlunya sedikit dia bersedia membagi dua dedaknya yang cuma sekarung kecil. Saya katakan kalau saya perlunya cukup banyak. Dari hasil ngobrol-ngrobrol dengan ibu pedagang besar beras, saya mendapatkan beberapa alamat penggilingan padi yang besar yang tersebar mulai dari Majalengka, Pamanukan, Subang, Cikampek, Kerawang, Garut, Tasik, Ciamis dan Cianjur. Akan memakan waktu yang lama kalau saya sendirian men-survei tempat-tempat itu. Akhirnya sekalian saja saya tawarkan pada ibu pedagang besar beras untuk kerjasama. Konsepnya seperti ini, kalau muatan beras truk tronton miliknya tidak penuh maka space truk yang kosong diisi dengan dedak. Sementara harga dasar dedaknya mengikuti harga pasaran di tempat penggilingan padi. Pokoknya saling menguntungkan dan tanpa mengganggu aktifitas utama beliau.

Setelah beberapa kali pengiriman, dihitung-hitung saya bisa menghemat Rp.100 – Rp.150 / kg dedak. Sekarang ’netters bayangkan..., kalau anda dapat meraih 20% saja pangsa pasar dedak di Cisarua – Lembang, maka dengan hitung-hitungan sederhana :

· Rp.100/kg x (20% x 15 ton) = Rp. 300.000

· Rp.100/kg x (20% x 20 ton) = Rp. 400.000

Penghasilan kotor anda berkisar antara Rp. 300.000 - Rp. 400.000 / hari. Tanpa anda harus melakukan pekerjaan yang sangat berat. ’netters..., memang kenyataannya tidak selalu semudah seperti yang saya ceritakan, sering juga truk pengangkut tidak membawa dedak karena penuh dengan beras atau berat dedak tidak sesuai dengan kenyataannya setelah kita timbang. Tapi hal itu bukan suatu merupakan halangan kan? Itu semua bisa kita antisipasi dengan menyewa tempat untuk penampungan dan menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa pedagang beras lainnya atau langsung dengan pemilik penggilingan padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar